Di level manakah anda berada? (4/habis)


Tulisan sebelumnya 

Level 4: rezeki orang yang bertakwa.
Level rezeki ini diberikan kepada orang-orang yang dalam hidupnya tidak pernah ada rasa takut dan khawatir. Kedekatannya dengan Allah swt membuat banyak masalah yang seharusnya dia hadapi jadi diambil alih. Rezeki orang yang ada di level ini berasal dari arah yang tidak disangka-sangka. Apakah mudah memperoleh rezeki ini? Saya tidak hendak menjawabnya. Hanya saja, orang di level ini memiliki hati, pikiran, ucapan, dan tindakan yang sangat terjaga.

Kehidupannya sebagai hamba dia dedikasikan untuk berjuang dengan harta dan jiwa. Rezekinya sudah tidak terukur, tidak terbatas. Dia sangat paham dan pernah menjalani 3 level rezeki sebelumnya. Masalahnya, banyak orang merasa berada di level 4, padahal sebenarnya dia adalah pemalas di level 1, yang hanya berdoa, tapi meninggalkan ikhtiar, kemudian mengharapkan uluran tangan orang lain.

Selain itu, orang dilevel 4 juga bukan orang kikir. Orang yang masih kikir berada di level 2 karena dia merasakan beratnya bekerja demi memperoleh penghasilan. Akibatnya, dia merasa sayang jika harus membagi hasil jerih payahnya itu dengan orang lain. Orang-orang yang memiliki rezeki di level 4 ini adalah pekerja keras dan selalu mengukir prestasi. Beberapa rekan yang datang kepada saya dalam keadaan terlilit utang bertahun-tahun. Awalnya, mereka merasa sudah tidak ada jalan keluar. Faktanya, banyak di antara mereka yang berhasil bangkit, kembali memiliki bisnis, dan meraih kehidupan yang lebih baik. Apa yang mereka lakukan?

Mereka bermain di level empat. Salah satu disiplin yang harus mereka genggam erat untuk memperoleh rezeki level ini adalah taat kepada ketentuan agama. Tindakan yang paling nyata adalah meninggalkan semua bisnis dan transaksi yang melibatkan uang riba. Mengapa? Karena kita tidak akan pernah kaya dengan riba. Bisnis yang mengandalkan riba hanya menghasilkan keuntungan dan kesuksan semu. Perjalanan hidup pelakunya -pemberi, pengguna, dan perantaranya- akan berakhir dengan masalah besar.

Dalam sebuah wawancara, seorang konglomerat di negeri ini ditanya oleh wartawan, “Om, usia Om sudah lanjut. Kok masih mau bekerja mengurusi bisnis?” Konglomerat itu menjawab “Iya. Soalnya utang saya masih banyak.

Bisnis dengan menggunakan uang riba memang menggiurkan. Modal besar bisa Anda peroleh dalam waktu singkat, dengan persyaratan yang sangat ringan. Ketika saya memutuskan untuk meninggalkan riba, seorang rekan bisnis bertanya, “Mengapa meninggalkan riba? Apakah bisnis yang nonriba itu lebih besar peluang untungnya?” Teman saya itu salah duga. Saya memang pebisnis, tapi saya tidak melulu mengejar keuntungan. Saya memutuskan untuk meningalkan riba dan memilih bisnis yang sesuai dengan tuntunan agama bukan demi uang yang lebih besar, melainkan sesuatu yang jauh lebih berharga, saya ingin selamat!

Bisnis yang mengandalkan riba hanya menghasilkan keuntungan dan kesuksesan semu. Perjalanan hidup pelakunya-pemberi, pengguna, dan perantaranya- akan berakhir dengan masalah besar.

Riba dengan berbagai wajahnya-kartu kredit, bank abal-abal, kredit tanpa agunan hingga yang terang-terangan menyebut diri rentenir- memang memikat banyak orang. Dalam kondisi terdesak, dengan mentalitas dan karakter miskin yang melekat maka sesuatu yang jelas-jelas dilarang pun akan ditabrak.

Selanjutnya, begitu menyentuh riba maka yang tertanam dalam diri adalah semangat bahwa saya harus kaya, saya harus untung, tidak peduli jika saya harus menindas orang lain. Tuntutan pengembalian dengan bunga yang sangat tinggi membuat kita dipacu untuk menghasilkan angka yang jauh lebih besar. Jadi, riba adalah sebuah manifestasi dari keserakahan. Riba alat untuk menindas dan menjajah orang lain.

Lain halnya dengan bisnis yang dikelola berdasarkan nilai-nilai agama yang mulia. Dengan berpegang teguh pada agama maka bisnis saya membawa semangat keadilan, kejujuran, keterbukaan, dan saling tolong menolong.

Melalui bisnis ini saya tidak pernah merasa takut kekurangan karena Allah menjamin rezeki saya akan mengalir dari arah yang tidak saya sangka-sangka.

Jadi, di level berapa Anda bermain?

Sumber: Buku 9 Pertanyaan Fundamental (strategi membangun kekayaan tanpa riba) Heppy Trenggono hal. 175-184 penerbit sygmacreative.com

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: